Cashflow Quadrant


Masih ingat dengan Cashflow Quadrant nya Robert T. Kiyosaki (Employee – Self Employee – Business Owner – Investor)?, hmm… semoga Anda belum lupa.
Di kuadran mana Anda menghasilkan income, itu tidaklah penting. Pokoknya cara yang Anda lakukan itu halal dan diridhoi ALLAH S.W.T.
Saya hanya mengajak Anda untuk melihat kembali bagaimanakah pembelanjaan uang Anda, atau istilah kerennya Cash-Out. Sama seperti Kiyosaki, saya menggunakan pendekatan 4 kuadran. Hanya saja saya menamakanya kuadran pengeluaran, atau Cash-Out Quadrant.

KUADRAN SEMU
Pada kuadran ini, orang membelanjakan uangnya demi kepuasan semata. Kepuasan yang saya maksud mengacu pada pemenuhan nafsu duniawi, dan hampir bisa dipastikan keputusan pengeluaran uang hanya dilandasi oleh hasrat atau keinginan belaka.

Saya sebut kuadran semu karena manfaat dari barang / jasa yang dibeli cuma sementara saja, dan kenikmatannya hanya terasa dalam waktu singkat. Bahkan produknya pun tidak bertahan lama.

Tidak percaya?, coba perhatikan orang yang kerap gonta – ganti HP. Ganti model, ganti merek, tukar tambah, terus dilakukan setiap ada model – model terbaru. Cape ?, jelas dong. Apa manfaatnya?, tidak ada!, hanya sekadar memuaskan kepenasaran saja. Berapa lama ia menggunakan HP tersebut?, hanya sebentar!, setelah itu sudah ganti lagi dengan yang baru dan terus demikian.

Atau perhatikan orang yang hobi koleksi sepatu sampai menghabiskan 2 – 3 lemari. Dapatkah ia menikmati semuanya?, tidak!. Kalaupun ya, pasti hanya sebentar sekali. Muncul koleksi baru, yang dulu buru – buru masuk "museum".

Percayalah!, mengeluarkan uang di kuadran ini bukan pilihan yang bijak. Anda hanya akan tertipu karena manfaat dari barang / jasa yang Anda beli sifatnya semu. Seolah – olah penting, padahal tidak.

Barang apapun di kuadran ini, dalam waktu singkat pasti segera menghilang. Entah itu cepat habis (barang konsumsi), dijual, ditukar, dicuri, atau sekadar menjadi rongsokan yang tidak bernilai. Barang – barang itu akan menghilang dari hadapan Anda setelah berhasil memuaskan hasrat dan nafsu Anda.

KUADRAN PERLU
Membelanjakan uang di kuadran perlu adalah tepat. Mengapa?, karena Anda benar – benar selektif, hanya mengeluarkan uang untuk barang / jasa yang perlu dan ada manfaatnya bagi diri Anda. Contohnya belanja keperluan sehari – hari (makan, minum, pakaian, hiburan, transport, dsb).
Pada kuadran ini, barang / jasa akan tetap dimiliki sampai manfaatnya habis, atau sampai Anda memerlukan manfaat baru.
Ilustrasinya begini. Saya punya teman seorang dosen. Setiap tahun, dia pasti mudik (pulang kampung) ke Yogyakarta menggunakan sebuah mobil bermerek Suzuki Katana. Suatu waktu mobil kesayanganya ini dicuri orang. Anehnya, kehilangan mobil tersebut tidak membuatnya geram sama sekali, cukup ia berkata "Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Rooji'uun". Namun, ia tetap melaporkan pencurian itu pada yang berwajib. Yaa... hanya mengikuti prosedur sebagai warganegara yang baik he..he..
Kira – kira 1 minggu setelah mobilnya hilang, ia kembali ke kampus menggunakan mobil baru... Kijang Innova. Penasaran, saya bertanya pada beliau, "Mas, mobilnya baru ya, padahal kemarin baru kehilangan?". Dengan entengnya ia menjawab, "saya memang berencana beli mobil ini koq, maklum anak – anak udah pada gede, kalau mudik naik Katana wuiihhhh... desek – desekan. Saya memang butuh mobil yang lebih besar, makanya kemarin pas kehilangan nggak terlalu ambil pusing".
Kisah nyata yang menarik bukan?... pada saat teman saya kehilangan mobil, sebetulnya ia juga sudah siap membeli mobil baru. Mobil yang bisa memuat penumpang lebih banyak dan lebih nyaman. Mobil Suzuki Katanya nya, memang tidak dibutuhkan lagi. Manfaatnya sudah semakin mengecil, atau nyaris tidak ada.
Sekarang coba perhatikan isi lemari Anda. Perhatikan kemeja, kaos, celana, dasi, sarung, apapun. Barang – barang itu masih ada di lemari karena Anda masih membutuhkannya bukan?. Manfaatnya masih ada untuk Anda. Kalau manfaatnya sudah tidak ada, apa yang Anda lakukan?, tepat sekali!, Anda pasti mengeluarkannya dari lemari tersebut. Entah diberikan ke saudara, diberikan ke tetangga, ke pembantu, ke panti asuhan, atau berubah fungsi jadi kain lap.
Di kuadran ini, bagaimanapun caranya, barang – barang belanja Anda akan menghilang setelah manfaatnya semakin berkurang atau habis. Dan bagaimanapun caranya, percayalah!, barang – barang dengan manfaat yang lebih baik akan hadir dihadapan Anda.
Dua kuadran berikutnya adalah kuadran yang akan memberi manfaat besar dalam jangka waktu yang lama. Sayangnya, tidak banyak orang yang menyadari. Padahal, rahasia kunci pembelanjaan atau pengeluaran uang terletak pada dua kuadran ini.

KUADRAN ILMU
Membelanjakan uang untuk belajar jelas tidak ada ruginya sama sekali. Asalkan yang dipelajari itu adalah ilmu yang baik. Barang apa yang Anda dapat disini?, wujudnya tidak ada, hanya bukti fisik semata (physical evidence). Contohnya belanja buku, sekolah, seminar, pelatihan, serta semua hal yang akan menambah pengetahuan dan keterampilan Anda.
Belanja di kuadran ini akan meningkatkan kualitas diri Anda. Dan manfaatnya jelas tidak sementara. Ilmu dan keterampilan yang Anda pelajari akan terus dapat digunakan sampai kapanpun.
Katakanlah Anda seorang sales executive di sebuah perusahaan. Anda dituntut untuk menguasai teknik bernegosiasi yang efektif. Lalu perusahaan mengirimkan Anda untuk mengikuti pelatihan ini selama 3 hari. Hasil pelatihannya lalu Anda praktekan, dan ternyata memang ada dampaknya.
Nah, pertanyaan saya, apakah teknik negosiasi efektif yang Anda pelajari itu akan hilang apabila Anda berhenti bekerja di perusahaan tersebut?. Sama sekali TIDAK!. Ilmu yang Anda pelajari tetap dapat digunakan, meskipun Anda sudah pensiun dari bekerja. Ilmu itu bisa Anda praktekan untuk berbisnis, berorganisasi, berjualan, bermasyarakat, dan sebagainya.
Memutuskan untuk membelanjakan uang di kuadran ini memang butuh keberanian. Dalam sebuah pelatihan bisnis yang pernah saya ikuti, saya menemukan seorang peserta yang rela menjual sepeda motor miliknya supaya bisa ikut pelatihan tersebut. Maklum, pelatihannya cukup mahal, kalau saya sebut nominalnya hampir 20 juta rupiah untuk 1 paket program. Berbeda dengan pelatihan di tanah air pada umumnya, program ini lebih berbentuk laboratorium dan full praktek nyata.
Tapi benar!, seumur hidup saya belum pernah menemukan orang yang miskin karena belajar, meskipun perjuangan untuk belajar itu sangatlah berat. Saat ini si peserta pelatihan tadi sudah memiliki sebuah Holding Company yang membawahi beberapa aktivitas bisnis. Motor??!!, yang saya tahu sekarang kemana – mana dia menggunakan sedan BMW.

KUADRAN BIRU
Terus terang, saya akui agak kesulitan menjelaskan kuadran yang satu ini. Saya menyebutnya kuadran biru, karena mengeluarkan uang di kuadran ini memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Kalau Anda membelanjakan uang di kuadran biru, barang atau jasanya tidak akan Anda dapatkan. Tapi manfaat belanjanya amat sangat panjang, long-lasting!. Belanja apakah itu?... sedekah, zakat, derma, bantuan sosial, dan bentuk – bentuk amal lainnya.
Jangan salah, mengeluarkan uang di kuadran ini, saya pastikan Anda bisa memenuhi kebutuhan belanja di kuadran – kuadran lainnya. Anda akan merasakan kepuasan, manfaat, dan pelajaran. Belum lagi ditambah pahala yang akan Anda peroleh dari-NYA. Wah!!, inilah kuadran yang luar biasa.
Kalau tidak percaya lakukan saja. Syaratnya, waktu mengeluarkan uang harus dibarengi niat yang tulus dan keikhlasan.
Tidak jauh – jauh, saya adalah bukti hidup nya. Tidak akan saya ceritakan panjang lebar bagaimana prosesnya, yang jelas belanja di kuadran ini sangat menyenangkan dan membahagiakan bagi saya. Lho, koq bisa??!...
He..he.., sekali lagi saya agak kesulitan menjelaskannya pada Anda. Tapi ya begitulah yang saya alami. Perumpamaan saya tentang kuadran ini, seperti sedang melakukan dribble dalam olahraga basket. Pertama – tama saya memegang bola, lalu bola itu saya pantulkan ke lantai, dan hap! saya tangkap lagi, lalu saya pantulkan lagi, dan saya tangkap lagi, begitulah seterusnya.
Uang yang saya belanjakan di kuadran ini selalu kembali pada saya. Jumlahnya bisa sama atau lebih besar, yang jelas tidak berkurang. Begitu saya dapat, saya keluarkan, dan saya dapat lagi. Aneh ya...
Alhamdulillaah, selama saya mengeluarkan uang di kuadran biru, saya tidak pernah merasa kekurangan. Setiap kebutuhan hidup saya bisa terpenuhi. Tapi, sekali lagi saya ingatkan, ada syaratnya. Apakah itu??... Niat dan Ikhlas.
Nah, silahkan evaluasi pengeluaran Anda selama 9 bulan ini. Dari sejak bulan Januari 2007 sampai dengan Sept 2007, di kuadran manakah pengeluaran terbesar Anda?. Kalau masih besar di kuadran 1 dan 2, saya menyarankan untuk 3 bulan kedepan, perbanyaklah belanja di kuadran 3 dan 4. Sehingga pengeluaran Anda menjadi seimbang, bahkan lebih berkah lagi.
Percayalah!, Anda tidak akan jatuh miskin. Saya sudah lama mempraktekanya, dan saya sudah sering melihat keajaibannya.

Trilogi Kiyosaki: Cara Pintar Jadi Orang Kaya

Inilah pernyataan menarik yang dilontarkan Robert T Kiyosaki dalam bukunya, 'Rich Dad Poor Dad' (RDPD). Buku ini merupakan karya pertama dari trilogi Kiyosaki, bersama dua buku lainnya, 'Cashflow Quadrant (CQ)' dan 'Rich Dad: Guide to Investing' (RDGI). Dan tentu saja trilogi yang ditulis bareng dengan kawan lamanya, Sharon L Lechter, kini jadi buku 'bestseller' versi 'New York Times.'

Sebagai pengarang berperspektif unik mengenai bisnis, Kiyosaki memang mengkhususkan diri menulis buku-buku bertema ekonomi. Dasar pemikirannya sangat sederhana: Jabatan, karier, maupun kepandaian, tidak bisa menjamin seseorang menjadi kaya. Itu sebabnya, menurut Kiyosaki, konsep pendidikan yang menekankan bahwa ''anak sekolah harus pintar'' harus diubah total. Ini agar kita tidak terkurung dalam 'rat race,' kehidupan yang tak cerdas.

''Alasan utama orang bersusah payah secara finansial adalah karena mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah, tetapi tidak belajar apa pun mengenai uang,'' ujar Kiyosaki yang pernah menjadi staf pengajar bisnis dan investasi. ''Hasilnya adalah orang bekerja untuk mendapatkan uang, tetapi tak pernah belajar agar uang bekerja untuk mereka.''

Sebagai pengganti, Kiyosaki melontarkan gagasan 'how to get rich.' Ada enam kiat yang dapat diaplikasikan untuk menjadi orang kaya. Pertama, ''Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang'' (hlm 13). Ini bisa jadi cara efektif menghindari kemiskinan. Sebab, kata Kiyosaki, orang miskin tidak memiliki kebebasan finansial dalam hidupnya. Penghasilannya selalu habis untuk membiayai kewajibannya.

Kia t kedua, penguasaan atas empat konsep bisnis -- yaitu pemasukan, pengeluaran, neraca aset, dan liabilities. Secara detil kiat ini diungkap dalam item ''Mengapa Mengajarkan Melek Finansial'' (hlm 57). Ketiga, anjuran untuk memulai bisnis sendiri sebagai jalan awal menuju kekayaan. Ini diungkapnya dalam bab ''Uruslah Bisnis Anda Sendiri'' (hlm 93). Sedang kiat keempat Kiyosaki terasa lebih teknis, yaitu ihwal ''Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi'' (hlm 105). Intinya, bila kita bagaimana mengatur pajak, maka pengetahuan ini akan mendatangkan kekayaan.

Masih ada kiat kelima, yaitu ''Orang Kaya Menciptakan Uang'' (hlm 121). Di sini Kiyosaki membahas ihwal 'kecerdasan finansial' orang kaya dalam mengelola uang. Kecerdasan itu antara lain, dapat membedakan 'good and bad liabilities, good and bad debt, good and bad expenses,' dan 'good and bad risk.' Dibahas pula tentang investasi sebagai teknik orang kaya menciptakan uang.

Kiat terakhir yang disodorkan Kiyosaki adalah ''Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang'' (hlm 149). Ajaran ini terkait dengan perubahan paradigma era informasi, dari 'school smart' ke 'school smart' dan 'street smart.' Artinya, selain diperlukan kecerdasan akademis, untuk jadi orang kaya, dibutuhkan juga 'ilmu jalanan' yang tidak didapat di bangku sekolah.

Tentu saja Kiyosaki tak mencipta kiat ini dari ilmu ekonomi yang dipelajarinya secara formal. Tapi, lebih bertumpu pada renungan tentang kisah hidupnya sendiri. Seperti yang dikutip di 'RDPD', yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pertama kali September 2001, sukses karier bisnis Kiyosaki diawali sejak 1997 dengan mendirikan perusahaan dompet berbahan nylon. Di tahun 1985 kegiatan bisnis pengusaha kelahiran Hawaii ini mulai dikurangi, tetapi kegiatan investasi tetap dilakukan. Dari sanalah Kiyosaki terus menuai sukses.

Menurut Tri Utomo Wiganarto, konsultan West Java Corridor, trilogi Kiyosaki ini hampir sepenuhnya berbicara tentang pembentukan karakter pribadi kita dan hanya sedikit yang membahas masalah teknis. ''Pendekatan Kiyosaki adalah pendekatan 'leaderships' yang dituangkan dalam bahasa yang membumi,'' kata Tri Utomo dalam acara bedah buku trilogi Kiyosaki di Bandung belum lama ini. ''Pemikiran Kiyosaki mengubah paradigma berpikir kita menjadi lebih terbuka.''

Rendra Hertiadhi, marketing dan corporate director PT Myohdotcom Indonesia Tbk, menilai bahwa empat konsep bisnis Kiyosaki sangat aplikatif. Bila kita mengadopsi konsep 'bad liabilities' -- seperti spekulasi utang -- risikonya sangat tinggi. Selama utang sesuai rencana, tidak jadi masalah. Asal, sumber pembayaran utang bukan dari kantong sendiri, melainkan dari aset bisnis yang kita ciptakan. ''Jadi, pembahasan Kiyosaki tentang 'bad and good liabilities' sangat tepat,'' ujarnya.

Buku 'RDPD' secara keseluruhan memaparkan serangkaian petunjuk agar kita berusaha mendekati impian kita untuk menjadi kaya. Tetapi di akhir buku, Kiyosaki menegaskan bahwa semuanya berpulang pada seberapa keras usaha dan kontrol diri Anda. Buku kedua, 'CQ,' dicetak enam kali sepanjang tahun 2001. Di sini Kiyosaki menciptakan sebuah model yang disebut 'cashflow quadrant.' Model ini terdiri dari empat kuadran yang memetakan empat posisi orang dalam konteks finansial.

Buku setebal 330 halaman dan terdiri dari 18 bab ini memberikan petunjuk bagi kita untuk mengetahui di kuadran mana posisi kita dan membantu kita untuk berpindah ke kuadran yang lebih baik. Empat kuadran tersebut adalah kuadran E ('employee'), kuadran S ('self employee'), kuadran B ('business ownners'), dan kuadran I ('investor').

Di bagian pertama buku ini, Kiyosaki memaparkan perbedaan inti dari orang-orang pada masing-masing kuadran dengan menganalisis kata-kata mereka. Bagian kedua merupakan tahap-tahap membangkitkan potensi yang ada dalam diri untuk menjadi kaya. Bagian ketiga buku ini diisi nasehat Kiyosaki menjadi 'business ownners' dan 'investor' yang sukses. Intinya adalah kontrol diri, investasi, dan manajemen. Selain itu juga disuguhkan tujuh langkah menemukan jalur cepat kebebasan finansial Anda (Bab 11).

Buku ketiga, 'RDGI,' baru selesai diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia tiga pekan lalu. Buku ini lebih banyak memberikan petunjuk teknis investasi serta pelajaran tentang bagaimana mempertahankan bisnis yang telah Anda bangun. Ada tiga hal yang menurut Kiyosaki dapat dilakukan untuk mempertahankan bisnis kita, yaitu dengan menyumbangkan kecerdasan, pengalaman, dan uang Anda pada pihak-pihak yang membutuhkan.

Perr y Tristianto, raja 'factory outlet' Bandung, mengaku bahwa gara-gara teori Kiyosaki, ia yang memulai kariernya di kuadran E sekarang mampu bermain di kuadran B . ''Pelajaran dari Kiyosaki sebagian besar terjadi pada kehidupan saya,'' papar Perry.

Terdiri dari kurang lebih 400 halaman, buku ini memberikan pandangan komprehensif mengenai pemikiran-pemikiran Kiyosaki dalam bentuk tips-tips yang dikemas secara menarik. Semuanya digelar dalam bahasa yang sederhana dan sistematis. Artinya bisa dicerna dengan mudah oleh siapa pun.

Di tengah terpuruknya perekonomian kita, trilogi Kiyosaki memang menawarkan angin segar. Apalagi buku ini memang ditulis Kiyosaki pada suatu periode hidupnya yang serba sulit. Kiyosaki sempat mengalami keterpurukan, kehilangan tempat tinggal, menjadi orang yang terpinggirkan, dan jatuh sakit.

''Di saat semua pihak tidak yakin kita bisa bangkit, buku ini benar-benar memberikan inspirasi pada kita. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengarahkan kekuatan diri sendiri untuk membangun sesuatu,''

anda bisa mendapatkan buku2 diatas di gramedia di kota2 anda..